PSBM adakan kegiatan "Literasi Sampah Laut untuk Pengelolaan yang Lebih Baik" dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia

PURWOKERTO - Pencemaran sampah laut, terutama plastik (plastic debris) telah menjadi salah satu issue sentral masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Memperingati Hari Air Sedunia, 22 Maret, Pusat Studi Biosains Maritim (PSBM) Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menggelar "Literasi Sampah Laut untuk Pengelolaan yang Lebih Baik" , Selasa 23 Maret 2021.

Acara yang dibuka oleh Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unsoed, Dr. Dwi Nugroho Wibowo M.S. ini juga merupakan bentuk kepedulian PSBM terhadap upaya pemerintah untuk menanggulangi problematika sampah plastik. Sebagaimana tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) penanggulangan sampah laut dirumuskan dalam lima strategi,  salah satunya adalah riset.  

Ketua PSBM, Dr. Eng. Maria Dyah Nur Meinita, M.Sc  mengungkapkan, PSBM sebagai pusat penelitian yang juga mencakup riset-riset di bidang pencemaran laut merespon positif upaya pemerintah dalam menanggulangi sampah plastik, bahkan sejak sebelum tercetusnya RAN 2018. Sejak 2015, peneliti PSBM bekerjasama dengan para peneliti dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kepulauan Riau (Prof. Agung Dhamar Syakti, DEA) dan Aix-Marseille Université (AMU), Prancis, yaitu Prof. Pierre Doumenq, melakukan survey dan monitoring sampah plastik di kawasan perairan Teluk Penyu, Cilacap. 

“Dari riset yang melibatkan 70 mahasiswa dan telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional Rank-A (Marine Pollution Bulletin) tersebut, para peneliti mengungkap fakta, kawasan pantai wisata tersebut telah tercemar makroplastik dengan densitas 16.8–41.6 item/m2, kurang lebih setara dengan jumlah yang ditemukan di  kawasan wisata pantai di sekitar Laut China Selatan dan Pasifik Selatan (Chili),” ujar Dr. Nuning Vita Hidayati (NVH), salah satu pembicara dalam acara tersebut.
NVH, yang merupakan salah satu peneliti PSBM yang terlibat dalam survey tersebut, menyoroti fakta bahwa perairan tersebut telah tercemar mikroplastik dengan konsentrasi hingga 2,5 mg/m3, yang menunjukkan tingginya tingkat pencemaran di Teluk Cilacap. 


Hasil-hasil penelitian menunjukkan plastik menjadi penyumbang terbesar sampah laut di seluruh dunia, mencapai 60-80% dari total sampah laut. Great Pacific Garbage Patch (GPGP) atau Pusaran Sampah Pasifik yg terletak di pusaran samudera subtropis di Pasifik Utara, misalnya, didominasi oleh plastik dan mikroplastik (<50mm). Pusaran sampah yang terbentuk akibat konvergensi arus-arus permukaan yg terbentuk oleh angin ini merupakan salah satu bentuk polusi paling serius yang disebabkan oleh umat manusia.  Demikian disampaikan oleh Mukti Trenggono, S.Kel, M.Si, pembicara lain dalam acara tersebut.


Literasi yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari berbagai instansi itu menghadirkan 8 orang pembicara yang kesemauanya adalah peneliti PSBM, yaitu Hendrayana, S.Kel., M.Si, Iqbal Ali Husni, S.Pi, M.Sc, Dr. Nuning Vita Hidayati, S.Pi., M.Si, Rizky Rizaldi, S.IK, M.Si, Riyanti, ST, M.Biotech, Mukti Trenggono, S.Kel, M.Si, Dr. Agung Cahyo Setiawan, M.Si, Riviani, S.Pi, M.Si, dan ketua PSBM sendiri, Dr. Eng. Maria Dyah Nur Meinita, M.Sc. Topik tentang plastik dibahas mulai dari karakteristik sampah plastik itu sendiri, dampak, cara monitoring, hingga alternatif solusi yang ditawarkan.

Pada akhir acara, Ketua PSBM  mengajak para akademisi, mahasiswa, dan masyarakat untuk lebih “aware” dengan persoalan sampah plastik dan bersama-sama melakukan upaya untuk mengatasinya.(Dr. NVH)

 

Lihat video kegiatannya di https://youtu.be/2ePAGNkRBgE